Read Anywhere and on Any Device!

Subscribe to Read | $0.00

Join today and start reading your favorite books for Free!

Read Anywhere and on Any Device!

  • Download on iOS
  • Download on Android
  • Download on iOS

Asteroid dari Namamu

Galeh Pramudianto
3.62/5 (24 ratings)
Jutaan tahun yang lalu Bumi mengalami kepunahan karena serangan benda angkasa bernama asteroid. Mereka menghujam Chicxulub hingga berakhirlah era binatang raksasa bernama dinosaurus. Kini ancaman asteroid juga terus membayang. Bumi akan cepat punah dari dalam, karena ulah semena-mena dan serakah manusia. Bisa juga dari serangan luar angkasa.

Meski begitu, ternyata benda-benda di luar angkasa juga ada manfaatnya. Siapa yang menyangka bahwa batuan luar angkasa asteroid juga bisa ditambang untuk keberlangsungan hidup di bumi? Dari gagasan itulah beberapa puisi di dalam buku ini lahir. Puisi bisa saja menghidupkanmu dari fragmen-fragmen gelisah, atau bisa juga melenyapkan dirimu di balik permenungan itu.

Menulis puisi bagi saya seperti sebuah perjalanan ke Mars atau ke Bulan. Penuh persoalan dan persiapan. Kita bisa saja gagal dalam pendaratan, yang bermakna puisi sulit untuk dipahami dan jatuh ke jurang kegelapan. Atau kita juga bisa terlalu telanjang—ketika pendaratan sukses, namun tidak bisa kembali pulang ke Bumi.

Puisi-puisi di dalam buku ini terbagi menjadi dua bagian: Setelah Dentuman Besar dan Di Selubung Adegan. Pada bagian pertama, bagi saya puisi-puisi yang hadir adalah respons pribadi atas alam semesta dan proses dialektikanya. Perihal utopia dan juga distopia. Alam semesta sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos kerap berinteraksi sebelum waktu mengada dan berbagai mitos penciptaan hadir.

Pada bagian pertama saya menuliskannya dari perspektif logos. Sementara di bagian kedua saya menuliskannya dari pandangan mitos dan ihwal budaya yang karib dengan saya. Meski di antara keduanya kerap bersinergi atau bisa juga saling mengingkari.

-----------------------------------------

Inginku menemukan mesin waktu
menuju hening gemintang
atau kekacauan spektrum
di festival kecerdasan buatan
penuh planet pendakian
dalam selongsong pencarian.

Setelah Dentuman Besar

----------------------------------------

Puisi Galeh membawa kita ke wilayah pantulan-pantulan historisisme: imajinasi sebagai jembatan untuk mengalami gelembung waktu dan sejarah yang purna-manusia. Tetapi bahasa belum terguncang oleh prosedur pengada digital di mana algoritma akan mengguncang bentuk-bentuk penciptaan, termasuk puisi, yang pernah menjadi bagian dari pengada kemanusiaan kita. Buku ini sedang membuat jalan ke sebuah arah di mana mungkin kita tidak perlu tahu lagi mau ke mana.

(Afrizal Malna)

Dunia adalah kawasan festival dengan berbagai wahana permainan. Seseorang datang dengan tiket pas bebas. Ia lalu mencoba semua wahana. Baginya semuanya menantang, semua mengasyikkan, dan semuanya mengantarkannya pada situasi yang hampir sampai.

Wahana-wahana permainan itu membawanya menjelajah ke mana-mana, dan itulah yang ia inginkan. Ia bergerak ke masa lalu yang jauh. Ia mencapai dasar lautan. Ia mencoba tiba di batas angkasa luar, mengalami hujan asteroid, mendengar dentuman besar. Ia tak puas dengan wahana yang ada, lalu mencoba menciptakan berbagai wahana permainan sendiri di kawasan festival itu.

(Hasan Aspahani)
Format:
Paperback
Pages:
128 pages
Publication:
2019
Publisher:
Basabasi
Edition:
Language:
ind
ISBN10:
6025783659
ISBN13:
9786025783654
kindle Asin:
6025783659

Asteroid dari Namamu

Galeh Pramudianto
3.62/5 (24 ratings)
Jutaan tahun yang lalu Bumi mengalami kepunahan karena serangan benda angkasa bernama asteroid. Mereka menghujam Chicxulub hingga berakhirlah era binatang raksasa bernama dinosaurus. Kini ancaman asteroid juga terus membayang. Bumi akan cepat punah dari dalam, karena ulah semena-mena dan serakah manusia. Bisa juga dari serangan luar angkasa.

Meski begitu, ternyata benda-benda di luar angkasa juga ada manfaatnya. Siapa yang menyangka bahwa batuan luar angkasa asteroid juga bisa ditambang untuk keberlangsungan hidup di bumi? Dari gagasan itulah beberapa puisi di dalam buku ini lahir. Puisi bisa saja menghidupkanmu dari fragmen-fragmen gelisah, atau bisa juga melenyapkan dirimu di balik permenungan itu.

Menulis puisi bagi saya seperti sebuah perjalanan ke Mars atau ke Bulan. Penuh persoalan dan persiapan. Kita bisa saja gagal dalam pendaratan, yang bermakna puisi sulit untuk dipahami dan jatuh ke jurang kegelapan. Atau kita juga bisa terlalu telanjang—ketika pendaratan sukses, namun tidak bisa kembali pulang ke Bumi.

Puisi-puisi di dalam buku ini terbagi menjadi dua bagian: Setelah Dentuman Besar dan Di Selubung Adegan. Pada bagian pertama, bagi saya puisi-puisi yang hadir adalah respons pribadi atas alam semesta dan proses dialektikanya. Perihal utopia dan juga distopia. Alam semesta sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos kerap berinteraksi sebelum waktu mengada dan berbagai mitos penciptaan hadir.

Pada bagian pertama saya menuliskannya dari perspektif logos. Sementara di bagian kedua saya menuliskannya dari pandangan mitos dan ihwal budaya yang karib dengan saya. Meski di antara keduanya kerap bersinergi atau bisa juga saling mengingkari.

-----------------------------------------

Inginku menemukan mesin waktu
menuju hening gemintang
atau kekacauan spektrum
di festival kecerdasan buatan
penuh planet pendakian
dalam selongsong pencarian.

Setelah Dentuman Besar

----------------------------------------

Puisi Galeh membawa kita ke wilayah pantulan-pantulan historisisme: imajinasi sebagai jembatan untuk mengalami gelembung waktu dan sejarah yang purna-manusia. Tetapi bahasa belum terguncang oleh prosedur pengada digital di mana algoritma akan mengguncang bentuk-bentuk penciptaan, termasuk puisi, yang pernah menjadi bagian dari pengada kemanusiaan kita. Buku ini sedang membuat jalan ke sebuah arah di mana mungkin kita tidak perlu tahu lagi mau ke mana.

(Afrizal Malna)

Dunia adalah kawasan festival dengan berbagai wahana permainan. Seseorang datang dengan tiket pas bebas. Ia lalu mencoba semua wahana. Baginya semuanya menantang, semua mengasyikkan, dan semuanya mengantarkannya pada situasi yang hampir sampai.

Wahana-wahana permainan itu membawanya menjelajah ke mana-mana, dan itulah yang ia inginkan. Ia bergerak ke masa lalu yang jauh. Ia mencapai dasar lautan. Ia mencoba tiba di batas angkasa luar, mengalami hujan asteroid, mendengar dentuman besar. Ia tak puas dengan wahana yang ada, lalu mencoba menciptakan berbagai wahana permainan sendiri di kawasan festival itu.

(Hasan Aspahani)
Format:
Paperback
Pages:
128 pages
Publication:
2019
Publisher:
Basabasi
Edition:
Language:
ind
ISBN10:
6025783659
ISBN13:
9786025783654
kindle Asin:
6025783659